Senin, 29 Desember 2008

LOGO BAHEULA



logo baheula

PERTUNJUKAN TANPA BATAS MAKNA

oleh: bobteguh


Tak ada batasan sebuah proses berkesenian, eksplorasi merupakan awal dari stimulan memerdekakan kebebasan berpikir merupakan benih dari gagasan-gagasan kemungkinan-kemungkinan yang dapat melewati aturan-aturan lama yang mengikat menjadi kebakuan, kebakuan merupakan batasan kemerdekan mengeksplorasi maka lepaskan dan lakukan apapun yang menjadi kegelisahan dalam diri tak ada kebenaran ataupun kesalahan yang ada adalah melakukan apa yang ingin dilakukan dan menghasilkan sebuah ekspresi, penolakan akan pakem-pakem lama dapat membebaskan kita pada aturan-aturan lama dan masuk pada bingkai kebaruan yang kita miliki.

Menafsir merupakan kebebasan mencurigai kemungkinan-kemungkinan yang kita gambarkan dari sesuatu yang menjadi medium rangsangan bagi kita berdasarkan apapun yang ingin kita tafsir gagasan biasanya menjadi awal dari keberangkatan kita untuk mencurigai sesuatu konflik atau alur dari peristiwa yang kita hadapi, berbagai aspek yang dapat mendasari kita untuk menafsir sesuatu apapun menjadi landasan kita untuk menafsir sebebas-bebasnya semerdeka mungkin apapun yang kita lakukan yakinilah itu merupakan kegagalan-kegagalan yang perlu kita refisi kebenarannya dan apapun yang telah kita lakukan adalah kegagalan berikutnya dan juga harus kita refisi kembali dan terus sampai akhirnya kita tak perlu menemukan kebenaran yang ada hanyalah kesalahan yang patut kita benahi dan terus mengubah dan merubah rubah apapun yang ingin kita lakukan maka lakukanlah, karena kebenaran hanyalah sebuah nisbi belaka sebuah pemikiran kolot monoton yang mengarahkan kita pada kejemuan, malas, lapuk, karatan, dan stagnan.

Tidak perlu meyakini sesuatu yang pasti, tak pernah ada yang pasti dalam berbagai hal ketika kita menghubungkan pada problem dan kepentingan kita masing-masing gagasan demi gagasan biarkan berhamburan dan kita menyusunnya secara acak apapun dan bagaimanapun bentuknya lakukan-lakukan dan lakukan.

persoalan estetika adalah prersoalan rasa dan persoalan rasa sangat berhubungan erat dengan kehidupan indifidu yang mengakibatkan hasil yang relative, sesuatu yang mengakibatkan beragamnya penafsiran dan itulah kesenian ketika multi tafsir maka jadilah opini satu kekayan dari kesenian ketika keberadaan itu hadir dalam ruang seni.

Ekspresi seni tanpa batas makna, pemaknaan hanyalah ada pada pola pikir apresiator dengan latar belakang masing-masing jadi pemaknaan bukanlah suatu hal yang mutlak menjadi ukuran karya seni, karya seni bukanlah ungkapan bahasa verbal yang dapat dimaknai secara seragam sebuah karya seni merupakan kegelisahan yang bisa berawal dari perasaan bukan saja dari pemikiran, perasaan bukan sesuatu yang mengalir menjadi bahasa yang dapat diterjemahkan secara bersamaan.

Teks verbal dalam bentuk naskah yang diangkat diatas pentas bisa dijadikan unsur bunyi yang melahirkan komposisi tanpa makna, kalimat-kalimat hanyalah dinamisasi irama suara sementara gerak tubuh yang dieksplorasi sebuah komposis gerak tubuh non realis yang mengalir menjadi komposisi rupa yang bergerak.jadi korelasi bentuk gerak tubuh dengan teks yang melahirkan kalimat-kalimat menjadi tidak jelas samara-samar atau bahkan boleh tak bermakna.

Membiarkan apresiator secara bebas memaknai setiap pertunjukan adalah sebuah kebebasan mengapresiasi, pertunjukan yang ditampilkan bergantung pada latar belakang pemikiran yang dibawa oleh apresiator jadi pemaknaan yang disajikan secara khusus dapat membatasi ruang apresiator dalam memaknai secara bebas, pertunjukan bukan ajang pemerkosaan dalam menafsir dimana apresiator diarahkan pada makna yang diharapkan oleh penggarap, symbol-simbol yang diusung dipaksa menjadi bahasa verbal agar para apresiator ikut memahami kegelisahan si kreator.

Ruang yang menjadi tempat bermain para actor tanpa harus dipersiapkan dengan ekslusif dimana penonton diberikan batasan optic, pertunjukan bisa dilakukan dimana saja begitu tidak merdekanya para apresiator menikmati pertunjukan yang disajikan juga tak ada lagi media studi bagi actor, sutradara,dan para pendukung lainnya, setiap ruangan mempunyai karakteristiknya masing-masing dimana penggarap mempunyai kebebasan bergerak bebas menafsir memposisikan gejala ini adalah suatu proses yang mengarakan pada kreatifitas garapan.

Teater bagian dari ilmu pengetahuan yang harus selalu merubah dirinya dengan berbagai pengembangan yang disajikan maka pentingnya menganalisa untuk menawarkan berbagai kebaruan haruslah dilakukan tanpa adanya batasan, teater bukan artefak sebagai benda yang harus dijaga keutuhannya teater haruslah bermetafora.

Aktor menjadi apa saja, aktor yang bersifat abstrak semua unsur tubuh tak lagi berfungsi sebagai mana pungsinya tangan bukan lagi alat mengambil,memegang, mejangkau, meraba dan lain, sebagaimana sistem motorik otak mengendalikannya namun disini tangan sebagai garis yang berbentuk panjang dapat ditekuk tergantung bentuk komposisi penyeimbangan dari unsure tubuh lain ketika membuat komposisi atau sebagai pondasi dari komposisi yang disusun, manusia melepaskan unsure kemanusiaannya dimana manusia terikat degan etika dan moral disini manusia menjadi bayi kecil yang lugu yang dapat melakukan apa saja tanpa harus memikirkan kehidupan sekitarnya melepaskan eksistensi manusia yang ada adalah abstraksi bentuk menghilangkan pemikiran-pemikiran yang mengarahkan pada imajinasi manusia pada umumnya, pangkas habis nilai-nilai, pengkarakteran diatas panggung.

Mewujudkan manusia tanpa harus menjadi manusia, tampil tanpa harus berekspresi berteriak tanpa harus memekakan telinga, berbisik tanpa harus membuat orang jadi merasa tuli, melangkah tanpa harus membuat jarak, memejamkan mata tanpa harus membuat gelap mata

saya bobteguh...